Dengan ritme yang tetap, Mbah Satinem melayani permintaan para pelanggannya yang setia mengantri untuk jajanan pasar yang dijajakan: tiwul, ketan, cenil, gatot dan andalannya Lopis. Tekstur kenyal lopisnya memang memanjakan penikmatnya, ditimpali dengan taburan parutan kelapa dan guyuran gula merah cair, menghapuskan rasa lelah dan penat setelah mengantri cukup lama
Jika Anda merupakan pelanggan layanan TV berbayar Netflix, mungkin pernah melihat ringkasan atau bahkan menonton salah satu serial dokumenternya: Street Food, Sebuah mini seri dokumenter yang memotret beragam jajanan kaki lima di kota-kota di Asia Tenggara. Untuk street food dari Indonesia, salah satu episode serial ini mendokumentasikan jajanan kaki lima di kota Jogja dengan sorotan utama jatuh pada
Jajanan Pasar Mbah Satinem dan Gudeg Mbah Lindu. Dikemas secara apik, serial ini memang menggugah selera para penontonnya untuk ikut mencicipi sajian yang ditampilkan. Termasuk saya yang tergiur dengan sajian Jajanan Pasar Mbah Satinem ini.
Karena rasa penasaran, sembari jalan-jalan pagi saya melipir ke tempat Mbah Satinem ini berjualan di salah satu sudut Jl P. Diponegoro, samping Pesonna Hotel. Sekitar pukul 07.15 saya tiba di tempat ini. Kerumunan orang menanti giliran dilayani oleh
Mbah Satinem, berdasarkan nomor antrian. Antrian sudah mengular, tidak hanya oleh warga lokal, akan tetapi juga oleh para pelancong baik dari Indonesia maupun luar negeri.
Tidak kurang bersama saya mengantri 4 kelompok wisatawan mancanegara yang dengan sabar menanti giliran dilayani simbah, yang menyiapkan setiap pesanan dengan ritme yang tetap, tidak menjadi terburu-buru walau pelanggan sudah menumpuk. Saat itu saya mendapat nomor urut 45, padahal yang dilayani baru nomor 22. Harus ekstra sabar untuk dapat menikmati kuliner legendaris ini.
Jajanan pasar yang disajikan tidaklah banyak: tiwul, ketan, cenil, gatot dan yang menjadi siganture nya:
Lopis. Rata-rata orang membeli jajanan itu dicampur tapi banyak juga yang hanya memesan lopis saja. Hampir sejam kemudian baru tiba giliran saya. Yang tersisa tinggallah lopis, sementara jajanan pasar yang lain sudah tandas. Tekstur kenyal lopisnya memang memanjakan penikmatnya, ditimpali dengan taburan parutan kelapa dan guyuran gula merah cair. Sayang memang saya tidak bisa cicipi sajian lainnya.
Semoga ada kesempatan lain kalo ke Jogja. Saya akan datang lebih pagi!
from Update per Minute https://ift.tt/2F3bxta UPDATE
Artikel keren lainnya:
Belum ada tanggapan untuk "Kuliner Jogja - Lopis Mbah Satinem"
Posting Komentar